Budidaya Talas Pratama kini menjadi salah satu peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Talas Pratama, hasil persilangan talas jenis semir asal Sumedang dan talas sutera dari Thailand, menawarkan kualitas unggul dan permintaan pasar yang terus meningkat. Dalam artikel ini, kita akan membahas kisah inspiratif Mas Khairin, seorang petani muda yang berhasil mengubah pandangan masyarakat terhadap pertanian, serta bagaimana dia dan komunitasnya membangun desa sejahtera melalui budidaya talas.

Mas Khairin: Petani Muda yang Berani Beraksi

Mas Khairin, seorang pemuda berusia 17 tahun dari Desa Bandarbarang, Purbalingga, telah menunjukkan bahwa usia bukan penghalang untuk sukses di bidang pertanian. Meskipun banyak yang meremehkan pilihannya untuk terjun ke dunia pertanian, Khairin tetap teguh pada keyakinannya. Dia menyadari bahwa usaha di bidang pertanian, terutama budidaya talas, adalah peluang yang tidak akan pernah mati.

Dalam perjalanannya, Khairin awalnya merasa malu dengan pilihan karirnya. Namun, seiring waktu, dia menemukan semangat dan percaya diri. “Saya mikirnya usaha yang enggak bakal mati itu hanya di pertanian,” ujarnya. Keyakinan ini mendorongnya untuk terus maju dan membuktikan bahwa pertanian bisa jadi ladang yang menguntungkan.

Menjalani Proses Budidaya Talas

Khairin menghabiskan waktu di lapangan setiap akhir pekan dan hari libur sekolah untuk mengecek stok barang dan bibit. Dalam proses pemasaran, dia memanfaatkan media sosial, terutama Facebook, untuk menjangkau pembeli. Dia bergabung dengan komunitas talas dan mulai berinteraksi dengan para penampung hasil panen.

Melalui kerja keras dan jaringan yang dia bangun, Khairin berhasil memasok talas ke berbagai daerah, termasuk Bandung, Jakarta, dan Sumedang. “Waktu panenan jumlah panenan yang ada di Bantar barang untuk tahun ini sekitar hampir 50 ton,” ungkapnya. Dengan lahan pribadi seluas 4 hektar, Khairin dan para petani lainnya berhasil mengubah desa mereka menjadi pusat budidaya talas.

Keunggulan Talas Pratama

Talas Pratama memiliki beberapa keunggulan dibandingkan jenis talas lainnya. Menurut Khairin, talas ini memiliki rasa yang pulen dan tidak menimbulkan rasa gatal setelah dikonsumsi. Hal ini menjadi nilai tambah bagi produk yang mereka tawarkan. Di pasar, harga talas berkisar antara Rp9.000 hingga Rp10.000 per kilogram untuk tengkulak, sementara harga eceran di masyarakat sekitar Rp3.000.

Selain menjual umbi talas, mereka juga memanfaatkan bagian tanaman lainnya. Daun talas digunakan sebagai pakan ikan, dan batangnya bisa diolah menjadi produk lain. “Kami berusaha membantu warga yang tidak memiliki pekerjaan dengan melibatkan mereka dalam proses budidaya ini,” kata Khairin.

Proses Penanaman dan Perawatan Talas

Proses penanaman talas membutuhkan waktu sekitar 7 bulan dari pasca tanam hingga panen. Jarak ideal untuk penanaman adalah 1 meter dengan jarak antar tanaman 50 cm. Selama perawatan, Khairin menggunakan pupuk urea dan insektisida secukupnya. “Kalau untuk yang kelima bulan, kita menggunakan ponska saja,” jelasnya.

Dia juga menjelaskan bahwa talas adalah tanaman yang mudah dibudidayakan dan tidak memerlukan banyak perawatan. “Paling penyakitnya hanya ular tanah, tapi kami sudah mengantisipasinya,” tambah Khairin. Melalui pengalaman ini, Khairin berusaha membagikan pengetahuan kepada warga sekitar agar mereka juga bisa terjun ke dunia pertanian.

Visi ke Depan: Menjadi Sentra Talas

Kharirin dan komunitasnya memiliki visi untuk menjadikan Bantarbarang sebagai sentra talas. Mereka ingin membuka peluang usaha bagi pemuda-pemudi di desa tersebut. “Janganlah kalian malu untuk bertani,” pesannya kepada generasi muda. Dia percaya bahwa pertanian adalah masa depan dan generasi muda harus berperan aktif dalam melanjutkan usaha ini.

Pertanian tidak hanya tentang menghasilkan produk, tetapi juga tentang menciptakan lapangan kerja dan memberdayakan masyarakat. Melalui usaha budidaya talas, Khairin ingin menunjukkan bahwa pertanian bisa menjadi pilihan karir yang menjanjikan.

Kisah Inspiratif yang Mengubah Pandangan Masyarakat

Kisah Khairin telah menginspirasi banyak orang di desanya. Awalnya, banyak yang meremehkan dan mempertanyakan pilihan hidupnya. Namun, setelah melihat hasil yang diperoleh, pandangan masyarakat mulai berubah. “Dulunya mereka menanam padi dan cabai, sekarang sudah berbalik ke talas,” ungkap Khairin.

Perubahan ini tidak hanya berdampak pada Khairin, tetapi juga pada warga lain yang mulai tertarik untuk ikut serta dalam budidaya talas. Kesadaran akan potensi pertanian semakin meningkat, dan ini menjadi langkah positif untuk menciptakan desa yang sejahtera.

Tips untuk Pemuda yang Ingin Terjun ke Pertanian

Khairin memiliki beberapa tips bagi pemuda yang ingin terjun ke bidang pertanian:

  • Jangan Malu untuk Belajar: Pertanian adalah bidang yang luas. Terus belajar dan mencari informasi terkini akan membantu dalam mengembangkan usaha.
  • Manfaatkan Teknologi: Gunakan media sosial dan platform digital untuk memasarkan produk dan menjangkau konsumen.
  • Jalin Kerja Sama: Bangun jaringan dengan petani lain dan komunitas untuk saling mendukung dan bertukar informasi.
  • Berinovasi: Selalu cari cara baru untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk.
  • Semangat dan Ketekunan: Jangan mudah menyerah. Kesuksesan membutuhkan waktu dan usaha yang konsisten.

Kesimpulan

Kisah Mas Khairin dan budidaya talas Pratama di Bantarbarang adalah contoh nyata bagaimana generasi muda dapat mengubah pandangan masyarakat tentang pertanian. Dengan semangat, ketekunan, dan inovasi, mereka telah berhasil menciptakan peluang usaha yang menjanjikan bagi diri mereka sendiri dan masyarakat sekitar.

Melalui usaha ini, mereka tidak hanya mengembangkan potensi diri, tetapi juga memberdayakan komunitas. Ini adalah wujud nyata bahwa pertanian bisa menjadi pilihan karir yang menguntungkan dan berkelanjutan. Mari dukung generasi muda untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam membangun desa yang sejahtera.